Kenaikan Biaya Kuliah di Indonesia: Antara Kebutuhan dan Kemampuan
Kabar buruk, biaya kuliah di Indonesia berniat akan mengalami kenaikan dalam beberapa tahun kedepan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi banyak orang termasuk kami kami ini para orang tua dari mahasiswa, teruntuk bagi keluarga dengan keterbatasan finansial. “Biaya kuliah di Indonesia meningkat!”. Dilema yang menimbulkan keyakinan untuk berkuliah yang menyebabkan kebingungan antara kebutuhan pendidikan dan kemampuan bersekolah.
Kata mereka, ada beberapa faktor yang mendasari kenaikan
biaya kuliah ini. Salah satunya adalah kebutuhan pendanaan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tinggi. Tentu saja pihak Universitas membutuhkan dana untuk
membangun infrastruktur, melengkapi laboratorium, dan meningkatkan gaji pengajar.
Ada juga karena penerapan Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM) yang digagas oleh Pemerintah yang berkuasa saat ini. Faktor lain adalah
otonomi yang diberikan kepada perguruan tinggi negeri (PTN) untuk menentukan
biaya kuliah mereka sendiri. Hal ini bertujuan untuk mendorong PTN untuk
mencari sumber pendanaan lain di luar subsidi pemerintah.
Satu Proposal Yang Memberikan Otonomi Membangun Generasi Unggul
Banyak diberitakan terkait dengan: Merdeka Belajar Kampus
Merdeka (MBKM). Ini merupakan sebuah kebijakan yang dicanangkan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
untuk memberikan otonomi kepada perguruan tinggi dan mahasiswa dalam mengelola
pembelajaran.
Kebijakan ini tentunya baik, bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tinggi di Indonesia dan menghasilkan lulusan yang lebih
kompeten dan siap kerja.
MBKM memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengambil
mata kuliah di luar program studinya, mengikuti program magang, berpartisipasi
dalam kegiatan penelitian, dan melakukan kegiatan kewirausahaan.
Mahasiswa juga dapat mengambil sks di luar kampusnya
sebanyak dua semester atau setara dengan 40 sks. Perguruan tinggi juga didorong
untuk berinovasi dalam mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran yang
lebih fleksibel dan aktual.
Dengan memberikan otonomi dan fleksibilitas ini, diharapkan
MBKM dapat membantu mahasiswa untuk mengembangkan potensi mereka secara
maksimal dan menyiapkan diri dengan lebih baik untuk memasuki dunia kerja.
Pada gilirannya kebijakan ini juga diharapkan dapat
meningkatkan daya saing perguruan tinggi di Indonesia di kancah internasional.
Antara Kebutuhan dan Kemampuan
Ini adalah opini penulis pribadi, bukan untuk menyakiti
atau pun mendikte satu pihak manapun termasuk pemerintah dan lembaga pendidikan.
Okelah patut diacungkan jempol bahwa kenaikan UKT disebabkan
karena pada poinnya ingin meningkatkan mutu pembelajaran. Dari pihak
yang cukup peduli akan dunia pendidikan itu bisa kita semua maklumi. Tapi, perlu
diingat, apakah itu tidak membebani masyarakat kita?
Hey bapak, hey ibu, sesungguhnya pendidikan itu untuk
mencerdasakan otak anak-anak bangsa, bukan membebani kantong anak-anak yang
masih polos ini. Untuk makan saja, mereka harus hutang di nasi padang sebelah
kampus.
Coba dong dipikir kembali secara realistis, dengan kualitas
yang bisa kita takar pada pendidikan di Konoha ini, Yakin itu sebagai alasan?
Yakin Anda-Anda semua sebagai penyelenggara pendidikan mampu memberikan yang
terbaik.
Semua disini tahu, apa-apa yang Anda 'pendidik' ajarkan itu bukan hal yang baru. Berulang-ulang hingga lupa bahwa itu sudah usang. Itu sudah tidak terpakai. Dunia nyata saat ini tidak membutuhkan ilmu usang yang kalian punya tanpa ada inovasi terbaru yang bisa diaplikasikan.
Kami tidak dalam kondisi marah menulis ini. Tapi cukup kesal dengan bau mulutmu itu. Ini bukan soal uang. Ini sungguh terindikasi mengkomersilkan
dunia pendidikan. Yang harusnya anak-anak tersebut dibantu pembiayaannya, tapi
malah diberi lebih soal beban biaya pendidikan.
Ada banyak hal yang membingungkan disini.
ketika dunia kampus sebagai lembaga penyelenggara pendidikan
diberikan “wewenang dari Pemerintah untuk mencari sumber pendanaan lain di
luar subsidi pemerintah”, harusnya itu dimanfaatkan. Ini peluang dan itu
adalah satu kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan.
Cari sponsor dong, Bro!! Jangan cengeng jadi lembaga. Peserta
pendidikan kalian cekik erat-erat isi kantongnya. “Gak bahaya Ta” Hadehhh
sungguh di luar nalar. Kalian sebagai sumber pengetahuan yang mengajarkan
peserta didik untuk bagaimana menerapkan tentu paham betul bagaimana cara
mencari uang.
Jika itu saja tidak bisa kalian lakukan maka sudah pasti, ilmu
pengetahuan yang kalian jual adalah NOL besar. Kosong, menghasilkan
pengangguran dimana-mana. Tidak berguna dan tidak bisa diterapkan untuk peserta
didik untuk diikuti. Kasarnya seeh “Ngomong doang Lho”.
Oleh sebab itu,
Keadilan Dalam Pendidikan
Keadilan pendidikan harus bisa kita terapkan. Kenaikan biaya
kuliah perlu diimbangi dengan kemampuan masyarakat untuk membayarnya. "Walau
semangat si anak sangat ingin bersekolah di Perguruan Tinggi", banyak keluarga di
Indonesia masih memiliki penghasilan yang rendah, sehingga kenaikan biaya
kuliah dapat menjadi beban yang berat.
Ini sungguh berat dan memberatkan.
Jujur boleh kata, dari pada Kementerian ‘memberikan’ atau
melelangkan proyek-proyek konsultan kepada beberapa pihak yang belum tentu
kompetensinya, ada baiknya itu diberikan atau dilelangkan ke beberapa Universitas.
Toh semua tahu bahwa Tenaga Ahli yang mereka bawa (pergunakan sebagai
narasumber) juga berasal dari akademisi.
Penting kiranya bagi pemerintah dan perguruan tinggi untuk
mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Meningkatkan jumlah
beasiswa bagi mahasiswa yang kurang mampu harus kita pertahankan, dan malahan
sangat baik jika itu ditambah kuotanya.
Pemerintah juga perlu mengawasi lebih ketat agar kenaikan
biaya kuliah tidak dilakukan secara berlebihan dan tidak memberatkan mahasiswa.
Penting untuk diingat bahwa pendidikan tinggi merupakan hak semua orang, dan
akses terhadap pendidikan berkualitas tinggi tidak boleh terhalang oleh biaya.
Hal Yang Bisa Kami Sampaikan Sebagai Masyarakat
Makan itu penting, tapi pendidikan juga penting. Pendidikan
adalah satu investasi terbaik yang bisa kita berikan pada anak dan diri sendiri, untuk lebih mengenal arti memaklumi. Ketika satu pintu (pendidikan) tertutup
karena biaya yang tidak bisa mereka bayar, pintu kebodohan akan terbuka, dan itu celah penjajahan.
Tidak ada usaha yang sia-sia jika bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, karena sejatinya itu adalah label kebebasan
dari keterbatasan pikiran dan niat di pikiran. Jangan bicara uang untuk pendidikan.
Malu sama bangsa ini.
--- Save The people ---
With Me
Komentar
Posting Komentar